Screening Film “Senja Kala Bahasa Enggano” dan Talkshow UGMtalks dalam Upaya Preservasi Bahasa Terancam Punah
Yogyakarta, 23 Oktober 2024 – Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menunjukkan komitmennya terhadap pelestarian budaya nasional dengan menyelenggarakan acara screening film “Senja Kala Bahasa Enggano” dan talkshow bertajuk UGMtalks “Singergi dan Aksi Dalam Upaya Preservasi Bahasa Daerah”. Acara ini diselenggarakan oleh Direktorat Kajian dan Inovasi Akademik (DKIA) UGM bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Budaya UGM berlangsung di Auditorium Soegondo, Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Film “Senja Kala Bahasa Enggano,” yang diproduksi oleh UGMChannel, menggambarkan kisah menyentuh tentang perjuangan masyarakat Enggano dalam mempertahankan bahasa daerah mereka yang kini terancam punah. Bahasa Enggano, yang berasal dari Pulau Enggano di Provinsi Bengkulu, merupakan salah satu bahasa Nusantara yang paling sedikit penuturnya, sehingga sangat rentan untuk hilang. Melalui film ini, penonton diajak merenungi pentingnya melestarikan bahasa daerah sebagai bagian dari identitas dan kekayaan budaya yang tak ternilai.
Setelah pemutaran film, acara dilanjutkan dengan sesi UGMtalks, yang menghadirkan para pakar bahasa dan budaya untuk membahas lebih dalam mengenai sinergi dan aksi dalam upaya pelestarian bahasa Enggano. Diskusi yang dimoderatori oleh mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya UGM ini menghadirkan sejumlah narasumber, termasuk ahli bahasa, antropolog, serta produser film “Senja Kala Bahasa Enggano”. Para narasumber membahas tantangan dan peluang dalam upaya pelestarian bahasa minoritas, pentingnya peran masyarakat lokal, serta dukungan yang perlu diberikan oleh berbagai pihak, termasuk institusi pendidikan dan pemerintah.
“Kita tengah menghadapi krisis linguistik dengan 11 bahasa daerah yang terancam punah dan 147 bahasa dalam kondisi rentan. Kehilangan satu bahasa berarti hilangnya bagian dari kekayaan budaya yang tak tergantikan. Karena itu, penting untuk melakukan upaya preservasi, termasuk melalui media seperti pembuatan film, sebagai strategi pelestarian bahasa,” ungkap Dr. Aprillia Firmonasari, S.S., M.Hum., DEA., Ahli Bahasa dari Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Dalam talkshow tersebut antropolog UGM Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A., M.Phil. membagikan pengalamannya di lapangan yang memperlihatkan mengapa banyak orang kurang memperhatikan pentingnya bahasa daerah. “Pelestarian bahasa ini bisa dilakukan secara aktif maupun pasif. Pendekatan aktif dapat diwujudkan melalui pengajaran bahasa daerah di sekolah secara sistematis, mulai dari SD hingga SMA. Sementara itu, secara pasif, pelestarian dapat dilakukan melalui pembentukan museum bahasa sebagai tempat belajar dan mengenal bahasa daerah lebih dalam. Tantangan yang kita hadapi adalah minimnya pemahaman masyarakat terhadap tata bahasa daerah, karena penggunaan bahasa sering kali bersifat spontan dan tidak disadari. Oleh karena itu, tugas kita adalah menggali dan merumuskan tata bahasa daerah, menyusunnya dalam bentuk buku pelajaran, agar kelak bahasa daerah dapat dipelajari secara formal di sekolah”, Ujarnya. Selain itu, ethnoscience bisa dimanfaatkan untuk memperkaya pengetahuan tentang bahasa-bahasa daerah.
Dr.Agr.Sc. Ir. Hatma Suryatmojo, S.Hut., M.Si., IPU, ASEAN Eng., selaku Direktur Kajian dan Inovasi Akademik UGM serta Produser Film Senja Kala Bahasa Enggano, menjelaskan bahwa pembuatan film dokumenter dilakukan karena banyak cara yang efektif untuk menyampaikan pesan penting ke publik, salah satunya melalui media audiovisual. “Sudut pandang kami dalam film dokumenter ini tidak hanya berperan sebagai media edukasi, tetapi juga menjadi sarana untuk mendukung upaya pelestarian budaya dan bahasa yang berada di ambang kepunahan”, ujarnya. Video dokumenter dianggap relevan, terutama bagi generasi muda yang lebih tertarik pada konten visual. Dalam hal ini, film tentang bahasa Enggano tidak hanya berfungsi sebagai media edukasi, tetapi juga sebagai upaya untuk mendukung pelestarian bahasa dan budaya yang terancam punah.
Melalui kolaborasi ini, Direktorat Kajian dan Inovasi Akademik UGM dan Fakultas Ilmu Budaya UGM berharap dapat menginspirasi berbagai elemen masyarakat untuk lebih peduli pada bahasa-bahasa daerah yang terancam punah. Acara ini merupakan bentuk nyata dukungan UGM terhadap upaya pelestarian bahasa sebagai salah satu pilar penting dalam menjaga keragaman budaya Indonesia. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat menggalang sinergi antara akademisi, masyarakat lokal, dan pemerintah dalam menciptakan aksi nyata demi keberlangsungan bahasa-bahasa Nusantara.